Sebagian besar penduduk Desa Wisata Cawang Lama merupakan Suku Rejang. Bagi Suku Rejang Budaya dan Adat sangatlah dijunjung tinggi. Salah satu budaya Rejang yang sudah diakui sebagai bagian pencak silat adalah Silat Pat Petulai. Desa Wisata Cawang Lama merupakan salah satu desa yang menjadi pusat pengembangan Silat Pat Petulai di Tanah Rejang. Hal ini dibuktikan dari cerita sejarah dan warisan jurus jurus silat yang diajarkan turun temurun.
SEJARAH SILAT PAT PETULAI
Tinggalah Bikeu Bermano sekeluarga disana, disebut juga dengan kata-kata Rejang berikut ini : “Taniak Te'kadiaek Luas Pelabei Te'kadiaek Di Lapang “, Kemudian Bikeu Bermano bercerita bersama keluarganya untuk bercocok tanam, memelihara ayam serta mencari ikan. Tak ketinggalan juga istrinya turut membantu. Dengan tidak terasa mereka sudah mempunyai keturunan serta anak cucu. Kemudian Bikeu ingin mencapai satu lagi cita-citanya untuk mengajak serta memimpin segala penduduk Rejang yang ada dimana saja, seperti juga yang telah diuraikan diatas, yaitu:
1. Rejang Empat Peteng’ak
2. Rejang Empat Sedaro
3. Rejang Empat Serumpun
4. Rejang Empat Temenggung
Berangkatlah Bikeu Bermano untuk menemui para pemimpin-pemimpin penduduk itu tak lupa dibawanyalah seekor Ayam Burgo jantan yang badannya merah, kakinya hijau, ekornya panjang. Kegunaan ayam itu adalah untuk mengetahui dusundusun atau pondok-pondok, setiap kali ayam yang dibawa Bikeu Bermano berkokok, maka dibalaslah oleh ayam yang terpelihara oleh penduduk. Dengan adanya kokok ayam tersebut, maka bikeu tidak mengalami kesulitan untuk mencari tempat kediaman penduduk. Bikeu Bermano sama sekali tidak mengalami kesulitan untuk berkenalan dan akrab dengan penduduk asli tersebut. Berkatalah Bikeu Bermano, saudara-saudaraku sekalian siapakah yang berani diantara kalian untuk menghadang jikalau musuh datang menyerang ? Menjawablah seorang yang gagah berani, dia adalah dari suku Rejang Empat Temenggung yang Rajanya adalah Raden Temenggung Singo Gunung. la berkata jangan coba-coba musuh menyerang kita, bikeu menjawab dengan jalan apakah kita menghalanginya. Kemudian ia menjawab tentu kita akan menghadangnya dengan Iimu Silat Rejang kita. Bikeu bertanya lagi kepada suku Rejang yang lain. Seperti suku Rejang Empat Serumpun yang saat itu Rajanya adalah Rajo Keteko Samo Duko. Juga dengan suku Rejang yang lain, suku Rejang Empat Sedaro yang Rajanya adalah Tuanku Siak Rajo Lebong. Demikian pula dengan suku Rejang Empat Peteng’ak yang Rajanya adalah Kerbau Nyebrang Balai Sipang. Bikeu langsung berkata, mendengar jawaban kalian sungguh-sungguh semangatku sangat besar sekali. Tetapi aku mohon kepada kalian supaya berkumpul di tempat kediamanku, karena aku ingin sekali melihat rupa bagaimanakah orang bersilat itu, karena aku belum pernah melihatnya. Keempat Raja tersebut menyanggupi dan keempat Raja ini lalu berkumpul di halaman kediaman Bikeu. Tak ketinggalan juga orang lain serta anak cucu Bikeu Bermano pun ikut belajar peraga silat Rejang asli dengan syarat-syarat yang telah siap sedia.” Seni Bela Diri Tradisionil Pencak Silat Rejang Empat Petulai.